• Paramita Nirmalawati
• 2013-83-054
SALMAN AL-FARISI
• Bijaksana Dalam Memimpin
•
Ketika beliau
memimpin sebuah daerah yang bernama Madain, beliau dikenal dengan sosok yang
bijaksana dan sangat sederhana.
•
Suatu hari ia
bertemu dengan seorang pemuda dari negeri Syam yang sedang membawa bongkahan
kurma dan buah tin. Tanpa pikir panjang pemuda itu meminta Salman untuk
membantunya membawa sebagian dari buah yang ia bawa.
•
Di tengah
perjalanan Salman dan pemuda tersebut bertemu dengan sekumpulan masyarakat.
•
Akhirnya si
pemuda tersebut baru mengetahui bahwa seseorang yang bersamanya, yang membantu
membawa bebannya itu adalah seorang Amir (Pemimpin), dan ia adalah Salman
Al-farisi.
•
Dengan perasaan
yang sangat bersalah ia langsung meminta maaf kepada Salman sambil merampas
barang yang ada di pundak Salman.
• Sederhana Dalam Memimpin
• Masa kekhalifahan Umar bin Khattab,
Salman diangkat menjadi Gubernur Kufah.
• Mendengar gubernur baru akan datang,
para penduduk Kufah lantas memadati jalan raya untuk menyambut kedatangannya.
• Melihat ada orang asing yang datang,
maka para penduduk pun bertanya. “Apakah di jalan kau melihat Salman al Farisi
yang diutus oleh Khalifah Umar bin Khattab?”
• “Akulah Salman al Farisi,” jawabnya
singkat
• “Jangan mengejek dan mencibir kami,
seperti Bani Israil ketika berkata kepada Musa,...” mereka mengutip surah al
Baqarah ayat 67.
• “Aku berlindung kepada Allah
sekiranya aku menjadi satu dari orang-orang yang jahil. Ini bukan waktunya lagi
untuk bercanda,” kata Salman.
• Para penduduk tidak mempercayai
keadaan Salman. Mereka hidup berdampingan dengan negara Persia.
• Salman pun berkata, “Tidak, kami
datang secara bersahaja. Kami hidup untuk jiwa, dan kami datang untuk
mengangkat derajat iman di dalam hati.”
• Cerdas Dalam Memimpin
•
Dalam sebuah
musyawarah, tercetuslah ide itu lewat Salman, ide untuk membuat parit demi
menghindarkan pergerakan musuh masuk ke Madinah.
•
Akhirnya,
diterimalah ide itu oleh Rasulullah. Segera Salman ditunjuk sebagai koordinator
pelaksana pembangungan parit. Pembangungan dilakukan oleh 700 orang, termasuk
Rasulullah, sang pemimpin.
•
Parit yang akan
dibangun sepanjang 5 km (hanya di sebelah utara Madinah, karena di selain
bagian itu telah ditutup oleh bukit-bukit, dan ini sangat menguntungkan umat
Islam).
•
Lebar 4,6m,
dengan perhitungan tidak memungkinkannya kuda untuk melompatinya.
•
Serta dalamnya 3
meter, untuk mempersulit musuh untuk naik kembali jika memilih turun melalui
parit. Sungguh perhitungan yang bagus dilakukan oleh Salman.
•
Lapar yang
mereka rasakan berhari-hari, haus yang juga mereka rasakan hingga dehidrasi,
sempat membuat mereka sedikit berputus asa. Namun, mereka melihat Rasulullah
yang harus menaruh dua batu di perut beliau, sedang mereka hanya satu batu,
untuk menahan lapar itu. Artinya, bahwa Rasul lebih lapar daripada para sahabat
lain.
•
Jabir dan
istrinya hendak memberikan sedikit makanan kepada Rasul, dan satu atau dua
orang lainnya, yang menurut Jabir memang makanan yang tersedia hanya cukup
untuk tiga orang, Rasulullah mengundang semua pasukan, sekitar 700 pasukan
untuk datang ke rumah Jabir. Para sahabat diminta Rasul untuk menunggu giliran
masuk rumah, di mana Rasul sendiri yang mengambilkan kuah kambing dan roti
kepada sahabat. Sahabat mentaati perintah rasul tersebut, dan sabar menanti.
•
Dan sungguh jika
bukan karena rahmat Allah, tak akan kuah kambing dan roti itu cukup untuk 700
orang. Akhirnya, semua kenyang, dan bersiap kembali menyelesaikan tugasnya.
•
Pembangunan
parit itu hampir selesai, namun, ada satu bagian yang terhambat oleh sebuah
batu besar. Sulit sekali dipecahkan. Hingga akhirnya Rasulullah turun tangan.
Dengan kekuatan beliau yang pada waktu itu berusia 58 tahun, dipukulnya batu
itu, hingga muncul percikan api di sana,.. Sahabat bertakbir, dan Rasul
berkata, “Allahu Akbar! Kunci Syam telah diberikan padaku. Demi Allah aku
tengah melihat istana-istananya yang berwarna kemerahan”.
•
Pukulan kedua
pun seperti itu, “Allahu Akbar! Kunci-kunci Persia telah diberikan kepadaku.
Demi Allah aku tengah melihat istana-istana kota berwarna putih”
•
Pukulah
terakhir,akhirnya membuat batu itu pecah menjadi pasir, “Allahu Akbar!
Kunci-kunci Yaman telah diberikan pula kepadaku. Demi Allah kini aku tengah
melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku ini.”
•
Dengan demikian,
hilanglah batu besar itu, dan pengerjaan parit dapat diselesaikan,
•
Akhirnya, ketika
pasukan Ahzab tiba, mereka kebingungan dengan adanya parit yang membentang
begitu lebar, hingga melumpuhkan semua kekuatan persenjataan mereka. Dan selama
25 hari, yang terjadi adalah, pertempuran ‘urat syaraf’, serta pertempuran
saling mengintai dan memanah saja.
•
Korban yang
terjatuh di pihak musuh sekitar sepuluh orang, dan dua orang tewas. Adapun di
pihak muslimin sekitar enam orang yang luka-luka dan satu sahabat syahid
terkena anak panah,.
•
Angin badai yang
memporakporandakan markas pasukan ahzab, menerbangkan tenda-tenda, serta
persenjataan mereka.
•
Hingga pasukan
ini mundur
• Terimakasih
• Perjalanan Rohani
• Awalnya tinggal
di Persia, dari keluarga kaya dan terpandang beragama Majusi
• Berpindah agama
menjadi agama Nasrani yang berasal dari Syria
– Salman berkata
kepada Bapaknya: “aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara
sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama
mereka lebih baik dari agama kita.” akibatnya, Salman dirantai dan dipenjara.
• Perjalanan Rohani
• Meloloskan diri,
dan pergi menuju Syria
• Bertemu dengan
uskup pemilik gereja dan tinggal di sana sebagai pelayan, belajar dan
melaksanakan ajaran mereka, sayangnya uskup ini kurang baik akhlaknya, karena
dikumpulkan sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata
disimpan untuk dirinya pribadi.
• Uskup baru, saat
telah dekat ajalnya, Salman bertanya, “sebagai Anda maklumi, telah dekat saat
berlakunya takdir Tuhan atas diri Anda. Maka apa yang harus aku perbuat, dan
siapa sebaiknya yang harus aku hubungi?”, jawabnya, “Anakku! Tak seorangpun
menurut pengetahuanku yang sama langkahnya denganku kecuali pemimpin yang
tinggal di Mosul.”
• Mosul – Nasibin –
’Amuria, Romawi
• Perjalanan Rohani
• Meloloskan diri,
dan pergi menuju Syria
• Bertemu dengan
uskup pemilik gereja dan tinggal di sana sebagai pelayan, belajar dan
melaksanakan ajaran mereka, sayangnya uskup ini kurang baik akhlaknya, karena
dikumpulkan sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata
disimpan untuk dirinya pribadi.
• Uskup baru, saat
telah dekat ajalnya, Salman bertanya, “sebagai Anda maklumi, telah dekat saat
berlakunya takdir Tuhan atas diri Anda. Maka apa yang harus aku perbuat, dan
siapa sebaiknya yang harus aku hubungi?”, jawabnya, “Anakku! Tak seorangpun
menurut pengetahuanku yang sama langkahnya denganku kecuali pemimpin yang
tinggal di Mosul.”
• Mosul – Nasibin –
’Amuria, Romawi